Bagaimana Orangtua Seharusnya Bersikap?
Sebagai orangtua, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mendukung anak-anak tanpa harus membanding-bandingkan mereka.
Setiap anak adalah individu yang unik dengan kelebihan dan kekurangannya sendiri. Mereka punya minat, bakat, dan kepribadian yang berbeda-beda, yang membuat mereka istimewa. Penting bagi orangtua untuk mengenali dan menghargai keunikan ini, memahami kalau tidak ada dua anak yang sama.
Perbandingan dengan orang lain bisa merusak rasa percaya diri dan menghambat perkembangan alami mereka.
Oleh karena itu, fokuslah pada potensi dan kekuatan anak Anda sendiri, bukan pada apa yang dicapai oleh anak lain.
Hargai perjalanan mereka dan dukung mereka untuk menjadi versi terbaik dari diri mereka sendiri, bukan versi terbaik dari orang lain. Berikan dorongan yang positif dan bantu mereka mengembangkan kemampuan serta minat mereka.
Dengan menciptakan lingkungan yang mendukung dan penuh kasih, Anda membantu anak-anak tumbuh menjadi individu yang percaya diri dan mandiri.
Dorong mereka untuk menetapkan dan mencapai tujuan pribadi mereka, sehingga mereka bisa meraih kesuksesan dan kebahagiaan yang sejati, sesuai dengan definisi dan impian mereka sendiri.
Hal yang Perlu Bunda Perhatikan
Saat Bunda membiarkan Si Kecil bermain sendiri, ada beberapa hal yang perlu Bunda perhatikan, yaitu:
Hal pertama yang perlu Bunda lakukan adalah memastikan lingkungan tempat bermain Si Kecil bebas dari peralatan listrik, benda tajam, atau barang-barang lain yang bisa membahayakannya.
Selain itu, lapisi dinding dan lantai dengan benda yang empuk, seperti busa, guna mencegah anak terluka seandainya ia terjatuh.
Membiarkan Si Kecil bermain sendiri bukan berarti Bunda tidak mengawasinya sama sekali, lho. Jika usia Si Kecil masih di bawah 1 tahun, Bunda disarankan untuk tetap mengawasinya dari jarak yang tidak terlalu jauh dan mengajaknya berbicara setiap beberapa menit. Hal ini bermanfaat untuk memberikan Si Kecil rasa aman.
Seiring dengan pertambahan usianya, Bunda boleh meninggalkannya bermain sendiri dalam jangka waktu singkat. Namun, jangan lupa untuk selalu mengawasinya dari kejauhan, agar Si Kecil tetap aman.
Bermain sendiri bisa membawa banyak dampak positif untuk anak. Akan tetapi, tetap berikan Si Kecil waktu bermain bersama Bunda, Ayah, atau dengan teman-teman sebayanya, ya.
Anak yang dibiasakan bermain sendiri memang bisa lebih mandiri. Meski begitu, jika Si Kecil sudah memasuki usia 3–5 tahun dan dia tetap asik bermain sendiri atau bahkan tidak peduli dan menolak untuk bermain dengan teman sebayanya, sebaiknya Bunda berkonsultasi dengan dokter atau psikolog anak.
Let’s watch this show on the app!
Scan this QR to download the Vidio app.
Hanya terisolasiMengecualikan Terisolasi
Tidak jarang kita mendengar orangtua membanding-bandingkan karier anak-anak mereka dengan karier anak-anak orang lain. Hal ini bisa jadi terasa menyebalkan atau bahkan menyakitkan bagi anak yang dibandingkan, betul kan?
Tapi, apa yang sebenarnya melatarbelakangi perilaku ini?
Sering tidak cocok dengan teman sebaya
Interaksi sosial yang dilakukan oleh setiap orang memang pada dasarnya sudah dimulai sejak kecil, bahkan pada saat masih anak-anak sekali pun. Hal inilah yang tentu saja akan menentukan cara anak dalam berinteraksi dengan orang-orang yang ada di sekitarnya, bahkan termasuk dengan teman sebayanya sendiri.
Jika orangtua melihat bahwa anak-anaknya lebih senang bermain sendiri, maka bisa jadi memang anaknya tidak cocok dengan teman-teman sebayanya. Mungkin orangtua perlu mengevaluasi karakter anak atau pun teman-teman anak agar bisa mengetahui penyebab dari kebiasaan bermain sendirian yang dilakukan anak.
Memahami alasan-alasan di atas akan membantu orangtua dalam menghargai pilihan anak senang bermain sendiri. Meski begitu, orangtua juga bisa mulai memperkenalkan anak dengan dunia sosial sedikit demi sedikit agar tak benar-benar mengisolasi dirinya. Jadilah sosok terdekat yang dapat memahami perasaan anak!
Baca Juga: 5 Tips Menjaga Anak Bermain di Rumah, Jangan Lalai!
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
Menemani anak bermain memang dapat mempererat hubungan antara orang tua dengan anak. Namun, tahukah Bunda? Ternyata saat anak bermain sendiri, ada banyak manfaat yang juga bisa ia dapatkan, lho! Penasaran? Simak penjelasannya di artikel ini.
Ketika Si Kecil bermain sendiri, banyak pelajaran berharga yang bisa ia dapatkan. Bermain sendiri akan membantu anak menjadi lebih mandiri, melatih kemampuan sosialnya dalam kelompok, serta membantunya mengatasi stres.
Jalin Komunikasi Terbuka
Bangun komunikasi yang terbuka dengan anak-anak Anda dengan mengajak mereka berbicara tentang impian, tujuan, dan tantangan yang mereka hadapi.
Buat suasana yang nyaman dan aman di mana mereka merasa bebas untuk berbagi pemikiran dan perasaan mereka tanpa takut dihakimi atau dibandingkan.
Komunikasi yang terbuka membantu Anda memahami perspektif dan kebutuhan anak, sehingga Anda bisa memberikan dukungan yang tepat dan relevan.
Jadilah pendengar yang baik dan berikan saran yang konstruktif tanpa harus membandingkannya dengan orang lain.
Dengarkan dengan penuh perhatian dan tunjukkan empati terhadap apa yang mereka sampaikan.
Ketika memberikan saran, fokuslah pada pengembangan dan pertumbuhan pribadi anak, serta berikan dorongan yang membangun kepercayaan diri mereka.
Dengan cara ini, Anda membantu anak-anak merasa didukung dan dihargai, yang pada akhirnya memperkuat hubungan Anda dan mendorong mereka untuk mencapai tujuan mereka dengan percaya diri.
Membandingkan karier anak-anak adalah praktik yang umum terjadi dalam masyarakat kita.
Tapi, penting untuk diingat kalau perbandingan semacam itu bisa berdampak negatif pada perkembangan emosional dan psikologis anak.
Sebagai anak, penting untuk tetap fokus pada tujuan pribadi dan berkomunikasi dengan orangtua.
Sebagai orangtua, memberikan dukungan positif dan menghargai keunikan anak adalah kunci untuk membantu mereka mencapai potensi penuh mereka tanpa perlu membandingkan dengan orang lain.
Dengan menciptakan lingkungan yang mendukung dan penuh kasih, kita bisa membantu anak-anak tumbuh menjadi individu yang percaya diri dan mandiri, siap untuk menghadapi tantangan dunia dengan kepercayaan diri yang kokoh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Worklife Selengkapnya
Sejumlah anak bermain boneka Shimajiro di Yayasan Bina Matahari Bangsa, Jakarta, Kamis 7 Juni 2018.
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Anak-anak berada pada usia yang sangat gemar bermain dengan berbagai objek atau pun bersama orang-orang yang ada di sekitarnya. Hal inilah yang membuat anak jadi memiliki daya imajinasi yang tinggi, serta memiliki kepribadian yang cenderung aktif dalam berativitas sehari-hari.
Mungkin tidak semua anak cocok untuk bermain dengan orang-orang yang ada di sekitar, sebab merasa risih atau pun tidak nyaman dan lebih memilih untuk bermain sendiri saja. Sebetulnya anak senang bermain sendiri bisa diakibatkan karena beberapa alasan berikut ini, sehingga orangtua mungkin perlu mengetahuinya.
Harapan dan Kebanggaan
Orangtua secara alami punya harapan besar terhadap anak-anak mereka dan ingin melihat mereka sukses serta bahagia. Ketika melihat anak orang lain mencapai sesuatu yang besar, mereka sering kali secara tidak sadar membandingkan pencapaian tersebut dengan pencapaian anak mereka sendiri. Hal ini didorong oleh keinginan untuk memastikan kalau anak mereka juga berada di jalur yang benar menuju kesuksesan.
Perbandingan ini muncul dari niat baik orangtua yang ingin anaknya termotivasi dan mencapai hasil yang terbaik. Mereka berharap dengan melihat contoh kesuksesan orang lain, anak mereka akan terdorong untuk berusaha lebih keras dan mencapai hal-hal besar dalam hidupnya.
Tapi, penting bagi orangtua untuk menyadari kalau setiap anak punya jalan dan kecepatan yang berbeda dalam meraih sukses, sehingga perbandingan semacam itu bisa lebih merugikan daripada membantu.
Dalam masyarakat kita, terdapat tekanan sosial yang kuat untuk menunjukkan keberhasilan, baik dalam kehidupan pribadi maupun keluarga. Orangtua sering merasa perlu membuktikan kalau mereka sudah berhasil mendidik anak-anak mereka dengan baik.
Karena itu, mereka cenderung membangga-banggakan karier anak mereka di depan orangtua lain sebagai cara untuk menunjukkan kalau mereka sudah sukses dalam peran mereka sebagai orangtua.
Perasaan bangga ini sering kali menjadi dorongan bagi orangtua untuk memamerkan pencapaian anak-anak mereka. Mereka ingin diakui oleh lingkungan sosial mereka sebagai orangtua yang berhasil dan kompeten.
Tapi, kebanggaan yang berlebihan dan kebiasaan membandingkan ini bisa memberikan tekanan yang tidak perlu pada anak-anak dan merusak hubungan serta rasa percaya diri mereka.
Beberapa orangtua mungkin tidak menyadari dampak negatif dari membanding-bandingkan anak-anak mereka. Mereka mungkin berpikir kalau dengan membandingkan anak-anak mereka dengan yang lain, mereka bisa memotivasi anak-anak untuk bekerja lebih keras dan mencapai lebih banyak. Tapi, niat baik ini sering kali tidak membuahkan hasil yang diharapkan.
Perbandingan semacam itu sering kali justru menurunkan motivasi dan kepercayaan diri anak. Anak-anak yang terus-menerus dibandingkan dengan orang lain bisa merasa tidak cukup baik dan mengalami tekanan yang berlebihan.
Hal ini bisa menyebabkan stres, rasa rendah diri, dan bahkan ketidakpuasan dengan diri sendiri, yang pada akhirnya menghambat perkembangan dan kesejahteraan mereka.
Jangan Membiarkan Perbandingan Mendefinisikan Anda
Ingatlah kalau setiap orang punya jalur hidup yang berbeda. Apa yang dianggap sebagai kesuksesan oleh orangtua Anda mungkin bukanlah tujuan yang Anda inginkan.
Setiap individu punya impian, minat, dan nilai-nilai yang unik, sehingga penting untuk mengenali dan menghormati perbedaan tersebut.
Kesuksesan tidak selalu berarti hal yang sama bagi setiap orang; bagi sebagian orang, itu mungkin berarti karier yang cemerlang, sementara bagi yang lain, itu bisa berarti kehidupan yang seimbang dan harmonis.
Fokuslah pada apa yang membuat Anda bahagia dan merasa terpenuhi. Tentukan tujuan hidup Anda berdasarkan apa yang benar-benar Anda inginkan, bukan sekadar untuk memenuhi harapan orang lain.
Dengan mengejar apa yang membuat Anda merasa bahagia dan puas, Anda akan lebih termotivasi dan lebih mungkin mencapai kesuksesan yang berarti bagi Anda.
Mengenali dan menghargai jalur hidup Anda sendiri akan membantu Anda menjalani kehidupan yang lebih otentik dan memuaskan.
Kreativitas dan imajinasinya tinggi
Anak-anak yang secara aktif bermain setiap hari memang biasanya memiliki daya imajinasi yang tinggi. Pada usia anak memang biasanya imajinasi tersebut akan terus terlatih seiring berjalannya waktu, sehingga anak pun dapat menggunakan imajinasinya secara bebas dan mengeksplor banyak hal yang ada di sekitar.
Sama halnya apabila anak tampak lebih senang bermain sendiri karena biasanya kreativitas dan daya imajinasi yang dimilikinya juga akan lebih bebas. Anak jadi tidak mudah terdistraksi saat bermain sendiri, sehingga hal ini membawa dampak yang sangat bagus dalam merangsang perkembangan kognitif dan emosional yang dimilikinya.
Baca Juga: 5 Rekomendasi Tablet Termurah untuk Belajar dan Bermain Anak
Bagaimana Anak Harus Bersikap?
Sebagai anak yang sering dibandingkan, penting untuk mengembangkan sikap yang sehat dalam menghadapi situasi ini.
Lebih merasa aman saat bermain sendiri
Lanjutkan membaca artikel di bawah
Setiap orangtua pasti paham betul bahwa anak-anak biasanya akan selalu terlibat dalam pertengkaran kecil saat bermain dengan teman sebayanya. Sebetulnya hal tersebut bukan menjadi masalah selama orangtua bisa sigap dalam membantu anak agar bisa segera berbaikan dan tidak lagi bertengkar, sehingga bisa main kembali dengan riang.
Sayangnya ada beberapa anak yang pada dasarnya memang sudah merasa lebih aman dan nyaman apabila bermain sendiri, sebab anak memiliki ruang untuk merenung dan memahami perasaannya sendiri. Selain itu, pemrosesan emosi yang dimiliki anak juga cenderung berbeda-beda, sehingga membuat anak lebih memilih untuk bermain sendiri saja dibandingkan bergabung dengan teman sebayanya.